Kalau menikah itu mudah, ga akan ada perceraian di mana-mana. Kalau menjadi istri itu gampang, ga akan ada istri yang stres, Baby blues, bunuh diri, dan sebagainya.
Setiap peran memiliki cobaannya masing-masing. Setiap fase memiliki ujiannya sendiri-sendiri. Untuk itulah kita perlu menambah kapasitas diri dengan ilmu sebelum memasuki fase ujian yang lebih berat di depan sana.
Sebelum memasuki gerbang pernikahan, kita perlu tahu ujian-ujian seperti apa yang akan kita hadapi setelah menikah. Agar kita punya tameng yang kuat sehingga tidak mudah menyerah jika berhadapan dengan ujian-ujian yang berat tersebut.
Mengapa ini penting? Agar mentalmu sudah kuat sejak awal hingga tidak ada lagi perkataan,
"kok nikah gini-gini banget sih?"
Semuanya sudah aku bahas dalam buku, “Karena Menikah Bisa Jadi Tak Seindah Yang Dibayangkan”
Selama ini banyak yang menggaungkan soal pernikahan, bahwa pernikahan itu indah dan sangat-sangat membahagiakan. Hingga para singelillah merasa semangat untuk menikah. Ya, itu tidak sepenuhnya salah.
Hanya saja, kasihan jika di mindset mereka sudah tertanam, bahwa menikah itu “enak” tanpa pernah kita gaungkan bahwa dalam pernikahan juga banyak ujian-ujian berat yang harus taklukkan.
Apa jadinya jika realita setelah menikah, tidak sesuai dengan ekspektasinya selama ini?! Ia pasti tidak akan siap menghadapinya. Sehingga tidak heran begitu banyak kita mendengar berita seseorang yang baru 3 bulan menikah, cerai. Baru 5 bulan menikah, cerai. Baru setahun menikah, cerai.
Bukankah ini sangat menyedihkan?
Untuk itulah aku menulis buku “Karena Menikah Bisa Jadi Tak Seindah Yang Dibayangkan”. Untuk membantu mempersiapkan mentalmu menghadapi realita-realita dalam pernikahan yang pada dasarnya memang tidak mudah.