Orang Tua dari Anak Sukses Selalu Mengucapkan 5 Kalimat Berikut

Jumat, 19 Januari 2024 | TSP Editorial Team

Sumber media: Foto/DBenitostock

Hal-hal yang diucapkan orang tua bisa jadi memberikan semangat dan kepercayaan diri kepada anak mereka, atau justru kebalikannya, merendahkan dan menahan mereka dalam kehidupan.

 

Jadi, bagaimana cara kita menghindari menjadi tipe orang tua yang kedua? Selama penulis melakukan riset dan menulis bukunya, "Raising an Entrepreneur," penulis berbicara dengan 70 orang tua yang berhasil membesarkan anak-anak sukses tentang bagaimana mereka membantu anak-anak mencapai impian mereka. Tidak disangka, meskipun mereka datang dari latar belakang yang berbeda-beda—ras, agama, keadaan sosial ekonomi dan edukasi—semua orang tua memberikan pesan yang serupa kepada anak mereka setiap harinya.

 

Beberapa diantaranya merupakan cinta yang dibalut dengan ketegasan, dimana yang lainnya menawarkan kebijaksanaan yang positif.

"Saya tidak bisa melakukan semuanya untukmu."

Orang tua-orang tua ini merupakan kebalikan dari orang tua "helikopter" (alias overprotective dan sangat terlibat dalam kehidupan anak). Daripada begitu, mereka menetapkan ekspektasi yang jelas dan memercayai anak mereka untuk mengambil tanggung jawab. Tidak kalah pentingnya, mereka mengijinkan konsekuensi alami terjadi. Apabila anak mereka tidak belajar dan gagal dalam sebuah ujian, misalnya, mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk refleksi dan pembelajaran.

 

Ketika Robert Stephens, mantan petinggi di Best Buy, masih berusia tiga tahun, dia mencopot semua pegangan pintu yang ada di rumah. "Orang tua saya tidak marah, mereka hanya meminta saya untuk memasang semuanya kembali," katanya. Robert kemudian menjadi orang yang dipercayai untuk memperbaiki perabotan di rumahnya. Kemudian, pada usianya yang ke-24 tahun, ia mendirikan Geek Squad, sebuah perusahaan perbaikan yang kemudian dia jual untuk Rp 45 miliar.

 

"Lakukan yang terbaik dan jadilah baik hati."

Semua pengusaha pada satu titik pasti akan mempelajari pentingnya berbuat baik ketika mereka masih muda. Pada tahun 2006, Blake Mycoskie mendirikan TOMS, yang telah membagikan lebih dari 95 juta pasang sepatu. Dia memperkenalkan model bisnis "satu untuk satu," dimana dia akan membagikan satu barang yang dibutuhkan untuk setiap pembelian yang terjadi.

 

Ibunya memberitahunya bahwa penting baginya untuk menanamkan kasih sayang kepada anak-anaknya: "Kita selalu mengadopsi tiga atau empat keluarga setiap natal melalui gereja dan membawakan pakaian dan mainan yang kita belikan untuk anak-anak tersebut." Ini selalu menjadi "kebijakan keluarga mereka⁠—untuk membantu mereka yang kurang beruntung." tuturnya. "Anak-anak sudah melihat orang tua mereka melakukan ini sejak mereka masih kecil."

 

"Kalau apa yang kamu kerjakan belum berhasil, jangan sedih. Karena itu mungkin bisa menjadi hal baik di kemudian hari."

Para calon pengusaha ini telah belajar untuk menang dan kalah secara terhormat, dan untuk tidak menjadi terobsesi dengan kesalahan yang mereka perbuat. Melakukan pivot dan mencoba pendekatan yang baru juga merupakan kunci untuk keberhasilan. Jonathan Neman telah mencoba untuk memulai beberapa bisnis ketika masih SMA. Tidak ada yang berhasil. Namun dia jadi tahu tentang apa yang bisa berhasil, dan apa yang tidak bisa. Setelah SMA, dia dan teman-temannya mendirikan Sweetgreen, yang sekarang telah memiliki lebih dari 900 cabang yang tersebar di seluruh negeri.

 

"Bahkan ketika ayah saya berpikir bahwa saya sedang melakukan sesuatu yang kemungkinan berhasilnya kecil, dia tetap mendukung saya." tutur Jonathan. "Seluruh perjalanan kewirausahaan adalah tentang kegigihan. Kita tetap berjalan. Kita gagal, kita mencoba lagi dan lagi, kita gagal, kemudian kita mencoba lagi, lagi dan lagi."

"Apa hal terbaik—dan terburuk—yang terjadi hari ini?"

Keluarga yang berbeda membahas kejadian yang mereka alami pada waktu yang berbeda, seperti perjalanan pulang dari sekolah atau ketika sedang berlibur. Namun kebanyakan percakapan menarik terjadi di meja makan. Anak-anak tahu bahwa meja makan adalah tempat yang aman untuk berbicara.

 

Ketika Investor VC, D.A. Wallach masih duduk di bangku SMP, dia memutuskan bahwa sekolah tidak memiliki keberagaman yang cukup. Dia mengkampanyekan hal tersebut. Kepala sekolah kemudian memintanya untuk berhenti. Wallach kemudian mendiskusikan kejadian hari itu kepada ibunya. "Saya bilang dia bisa melakukannya kalau dia mau. Saya katakan kepadanya bahwa dia pasti bisa mengatasinya, dan saya tidak akan menghalanginya," kata ibunya kepada penulis.

 

Sekarang, Wallach masih mengejar tujuan yang penting baginya, saat ini dalam bidang bio-teknologi dan layanan kesehatan sebagai seorang partner di Time BioVentures.

 

"Ayah/Ibu mencintaimu, Nak"

Setiap pengusaha yang diwawancarai tahu seberapa keluarga mereka mencintai mereka, percaya pada mereka, dan akan selalu ada untuk mereka. Seperti pendiri I Am That Girl, Alexis Jones katakan kepada penulis, "Ibu saya memasang ekspektasi ini di rumah: Kita akan saling mencintai satu sama lain tidak peduli apapun yang terjadi—ini adalah orang yang percaya kepadamu. Kita akan selalu saling mendukung. Ini membuat saya merasa bahwa tidak ada yang mustahil."

 

Orang tua dari 70 pengusaha ini mengkomunikasikan pesan yang sama dengan mengatakan: "Kami mencintaimu. Kami memercayaimu. Kami akan mendukungmu apapun yang kamu lakukan. Kami akan selalu ada disini untukmu."

Nama Lengkap
Alamat Email

Copyright © 2022 The Seven Percent.

All rights reserved.

"Hadiah terbaik yang dapat Anda berikan kepada diri Anda adalah dengan berinvestasi pada diri Anda sendiri."

Pooja Agnihotri